"Fundrising Kreatif untuk Lembaga Nirlaba"
Yogyakarta, 2 Mei 2016
Foto: Koleksi Hima PLS UNY (sesi foto bersama)
Bertepatan dengan Hari Pendidikan
Nasional, sebuah talkshow dengan tema “Fundrising Kreatif untuk Lembaga
Nirlaba” diselenggarakan atas kerjasama Bentang Pustaka, FTBM DIY, dan PLS UNY
yang bertempat di Ruang Abdullah Sigit FIP UNY lantai 3. Pembicara pada
talkshow kali ini merupakan seorang pemuda yang bergelut dibidang pendidikan
luar sekolah, dia adalah Andri Rizki Putra, founder Yayasan Pemimpin Anak
Bangsa (YPAB). Rizki –sapaan untuknya- juga seorang penulis di Bentang Pustaka
dengan buku pertamanya berjudul “Orang Jujur Tidak Sekolah”.
Talkshow yang dibuka dengan sebuah
pemutaran video tentang profil Andri Rizki Putra dan yayasan yang dibangunnya,
berhasil memunculkan rasa keingintahuan yang lebih terhadap YPAB dan sosok yang
kala itu ada di hadapan saya. Sungguh menarik bagi saya, “YPAB? Seperti apa ya?
Bagaimana prosesnya? ....”
---
Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB)
merupakan pendidikan luar sekolah berbentuk PKBM (Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat) yang menyelenggarakan sebuah pendidikan kesetaraan secara gratis
untuk paket A (setara SD), paket B (setara SMP), dan paket C (setara SMA).
Berdirinya YPAB ini tentu bukan tanpa alasan. Ada hal yang melatarbelakangi
seorang Andri Rizki Putra untuk membangun suatu yayasan pendidikan tanpa adanya
pungutan biaya. Rendahnya kualitas SDM Indonesia di bandingkan dengan
negara-negara lain di dunia dan juga di lingkup regional ASEAN serta adanya MEA
yang secara resmi telah masuk di tahun 2016 ini menjadi sebuah alasan
pentingnya meningkatkan SDM bangsa Indonesia, karena persaingan yang terjadi
bukan lagi hanya pada wilayah nasional Indonesia, akan tetapi lebih luas yaitu ASEAN.
Namun, 56% angkatan kerja Indonesia didominasi oleh lulusan SD. Selain itu,
data menunjukkan bahwa dalam 1 menit ada 7 anak yang putus sekolah karena
alasan finansial dengan prosentase 64%. Sehingga, pendidikan luar sekolah
menampung mereka yang tidak bisa diterima oleh sistem mainstream yang ada
melalui pendidikan formal.
YPAB sebagai PKBM mandiri ingin
berbeda dari PKBM-PKBM yang lainnya, dimana kebanyakan dari PKBM tidak
mementingkan adanya proses pendidikan, sehingga banyak peserta didik yang mendaftar
pada suatu PKBM dengan tujuan untuk bisa mengikuti ujian lalu mendapatkan
ijazah dalam waktu yang cepat. Padahal untuk dapat memperbaiki status sosial
mereka, hal yang dibutuhkan adalah pendidikan yang paling berkualitas yang bisa
mereka dapatkan. Sehingga, bukan hanya sekadar selembar ijazah. Tetapi, hal
yang tersulit memang mengubah sebuah mindset!
“... orientasi kami bukan dilihat dari pada jumlah murid yang terdaftar
di YPAB tapi apakah satu atau dua lulusan YPAB itu benar-benar bisa mempertanggungjawabkan
ijazahnya. Kalau memang nilainya 9, beneran 9 nggak dalam prakteknya ...”
YPAB menerapkan sistem volunteer (relawan) sebagai pengajar. Tercatat
lebih dari 130 volunteer bergabung di
YPAB. Volunteer ini berasal dari
berbagai latar belakang bidang akademis, akan tetapi mereka berkomitmen di
bidang pendidikan. Ada dari bidang sains yang mengajar mata pelajaran sains,
kemudian dari bidang sastra untuk mengajar bahasa, dan lain sebagainya. Volunteer di sini merupakan sebuah tim. Dalam
sebuah organisasi, kesolidan tim sangat penting, oleh karena itu ada beberapa
tips untuk membangun sebuah tim yang solid, yaitu dimulai dengan menjalin
komunikasi yang efektif dan menyeluruh antar anggota tim.
1. Regular meeting, yaitu para tutor berkumpul untuk
melakukan evalusai terhadap peserta didik dimana dalam melakukan penilaian
peserta didik ada 3 ranah yang harus dinilai yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
2.Tutor development program, yaitu dilakukan dengan mengundang
pembicara dari berbagai bidang profesi.
3. Outing, seperti kegiatan berkemah dan
sebagainya.
4. Arisan.
Selanjutnya masuk pada materi funding. Banyak orang mengatakan bahwa funding is everything. Itu memang bukan
hal yang salah. Tetapi, jangan kemudian terlalu fokus untuk funding tanpa melakukan kegiatan apapun.
Pada awal berdirinya YPAB ini dapat dikatakan menggunakan funding yang sangat minim, karena dananya 0 rupiah. Rumah belajar
yang ada hanya memanfaatkan garasi rumah, padahal ada 3 cabang yaitu di Tanah Abang,
Bintaro, dan Medan.
“... rencana yang
sempurna itu akan menjadi percuma
kalau tidak bisa
direalisasikan, even 1 %nya...”
Kemampuan yang penting untuk dimiliki
adalah kemampuan mengambil sebuah resiko, tetapi resiko ini juga harus dapat
diukur untuk memanajemen resiko tersebut. Seperti contohnya ketika akan
mendirikan YPAB ini sebelumnya perlu turun langsung di masyarakat mencari apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat yang tidak berpendidikan tinggi tersebut serta
melakukan riset hingga terkumpul keberanian untuk mendirikan YPAB. Sehingga semua
hal tersebut bersifat gradual, tidak langsung kemudian berdiri.
Funding di
YPAB diukur dengan penggunaan dana yang realistis, caranya dengan melakukan market research dengan terjun langsung
ke masyarakat dan studi banding ke organisasi lain yang lebih berpengalaman.
YPAB hanya menerima funding yang
sesuai dengan visi dan misi YPAB. Sehingga, funding
dari partai politik dan hal lain yang tidak sesuai maka tidak akan diterima.
Hal yang perlu diperhatikan
organisasi/yayasan untuk melakukan kerjasama kemitraan:
1. Clear and consise line of activities. Paparkan tentang yayasan/organisasi
secara simpel dan dengan tujuan yang jelas, serta visi dan misi yang jelas.
2. Accountable organization. Untuk menjadi organisasi yang terpercaya
maka harus transparan dalam bidang penggunaan dana serta follow the rules. Dan, “Small
but impactfull”.
3. Networking. Relasi akan ada jika point 1 dan 2
sudah ada. Networking tidak harus
dengan orang besar, karena yang terpenting adalah sejalan dengan visi dan misi.
Selain kemitraan funding, ada juga
kemitraan non funding misalnya
indorelawan. Hal yang terpenting dari networking
adalah kepercayaan serta komunikasi yang intens dengan mitra.
Ada 3 point utama yang harus kita miliki:
a. Be humble.
Rendah hati dan berbuat baiklah kepada siapapun.
b. Treat people with respect. Setiap orang butuh menghargai dan dihargai.
c. Always listening. Setiap orang perlu mendengar pendapat orang lain sebagai kritik untuk
diri.
---
Thanks a lot for Bentang Pustaka, FTBM DIY, and PLS UNY :)
Komentar
Posting Komentar